sumber : majalah tempointeraktif.com
semoga bermanfaat
Sarang Tawon di Tengah Lautan
Teknologi fondasi temuan putra Indonesia bisa digunakan di laut yang dalam. Bandara terapung San Diego, AS, kabarnya akan menerapkan teknologi ini.
ORANG yang mengenalnya menilai Ir. Agus Abdul Manan, M.Sc. sebagai peneliti, dosen, dan ahli konstruksi yang kreatif. Dari tangannya lahir enam teknologi konstruksi baru. Tiga belas tahun lalu, misalnya, ia menemukan beton tulangan rotan yang bisa dipergunakan sebagai fondasi di daerah tanah lunak dan rawa-rawa. Kini, ia berhasil menemukan teknologi baru lagi, Honey Comb atau Teknologi Sarang Tawon, untuk fondasi di laut yang dalam. Teknologi yang ditekuninya sejak 1984 itu tengah dijajaki kemungkinannya untuk dipakai membangun bandar udara terapung di San Diego, Amerika Serikat. Apakah ini temuan pertama di dunia? "Saya tidak tahu apakah ini yang pertama. Tapi, setahu saya dari literatur dan informasi yang saya dapatkan, tidak ada fondasi untuk laut dalam," ujar Agus, dosen luar biasa di Universitas Dr. Soetomo dan pengajar di Universitas Yos Sudarso, Surabaya, yang hingga kini aktif sebagai anggota kehormatan International Road Federation. Teknologi Sarang Tawon yang dikembangkan dari fondasi terapung ini tampaknya akan dibutuhkan Indonesia, yang kaya sumber minyak di tengah lautan. Selama ini, teknologi yang dipergunakan adalah fondasi terapung dengan mempergunakan tiang pancang, yang hanya bisa dipakai di laut yang dangkal, seperti yang terdapat di Natuna. Sedangkan Sarang Tawon bisa dipakai di laut yang dalamnya lebih dari 100 meter. "Misalnya, untuk jembatan dari Madura ke Jawa, Honey Comb belum diperlukan. Kalau di Laut Banda, teknologi ini baru cocok," kata Agus. Fondasi ini seperti kapal yang mengapung di air.
Sementara penggunaan tiang pancang yang banyak dipakai pada rig berfungsi sebagai penyangga beban, tiang pancang pada Sarang Tawon lebih berfungsi sebagai kait agar bangunan ini stabil, tidak terombang-ambing. Dan berbeda dengan fondasi terapung yang menggunakan silinder tertutup, Sarang Tawon menggunakan silinder yang terbuka. Silinder atau tabung berongga yang panjangnya masing-masing 14 meter dan bergaris tengah 7 meter itulah yang menyangga beban di atas platform atau lempengan beton. Tiap-tiap silinder mampu menahan beban 90-100 ton. Silinder-silinder ini dihubungkan satu sama lain dengan kawat baja sehingga membentuk seperti sarang lebah. Silinder berongga ini terbuka di bagian bawah, sementara bagian atasnya ditutup dengan dek beton. Bahwa "pulau" yang disangga silinder ini tidak tenggelam, itu bisa dijelaskan dengan prinsip kerja gelas terbalik yang berdasarkan hukum Archimedes. Hukum ini mengatakan, bila benda padat dimasukkan ke dalam air, benda itu akan mendapat gaya ke atas sebesar zat cair yang dipindahkan. Sedangkan udara yang terdapat di dalam rongga silinder bekerja dengan hukum Dalton, yang menyebutkan bahwa jika udara ditekan ke bawah, volumenya akan mengecil dan karenanya reaksi terhadap gaya akan besar. Itu sebabnya kemampuan menahan beban Sarang Tawon lebih besar daripada fondasi tiang pancang. Bila tiang pancang biasa punya kekuatan X ton, misalnya, beban maksimal di atasnya tidak boleh lebih dari 0,75x X ton. Dengan Sarang Tawon, beban yang sama besar tidak menjadi masalah. "Udara yang dimampatkan itu tekanannya akan berlipat ganda, dan beban itu akan disebarkan ke seluruh ruangan," ujar Agus. Kehebatan Sarang Tawon, yang sejauh ini baru terlihat dalam taraf model, tak urung menimbulkan tanda tanya Dr. Ir. Tjokorda Raka Sukawati, penemu konstruksi Sosrobahu. "Sampai sekarang belum bisa ditunjukkan secara matematis bagaimana suatu beban itu bisa didukung oleh seluruh fondasi," ujar Tjokorda, yang mengambil gelar doktor dengan mempergunakan metode model. Menurut Tjokorda, belum tentu hasil percobaan pada model menghasilkan hal yang sama di lapangan. Jadi, harus dicari rumus nondimensionalnya. Pertanyaan Tjokorda itu mungkin baru terjawab bila Bandara San Diego jadi dibangun dengan teknologi Sarang Tawon. San Diego memang kesulitan membangun bandara baru di daratan akibat kondisi geografisnya yang terkurung bukit. Bila kontrak dengan Agus terwujud, Sarang Tawon akan menyusul teknologi fondasi Cakar Ayam dan teknologi konstruksi Sosrobahu?kini telah pula dipakai di Filipina?yang telah mengharumkan nama Indonesia. Yusi A. Pareanom, I G.G. Maha Adi, Mustafa Ismail
Tidak ada komentar:
Posting Komentar